Selasa, 09 Maret 2021

ARTIKEL KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

 

Pembelajaran sosial dan emosional  ini diawali dengan kesadaran penuh bahwa   tidaklah cukup apabila murid hanya mengembangkan kemampuan akademiknya saja. Murid juga perlu mengembangkan aspek sosial dan emosionalnya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial-emosional berperan penting dalam keberhasilan akademik maupun kehidupan  seseorang. 

Untuk dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal, peran guru sangatlah penting.   Sebelum guru dapat membantu murid, ia perlu belajar memahami, mengelola, dan  menerapkan pembelajaran sosial dan emosional  dalam dirinya sendiri.  Seorang guru harus menyadari pentingnya pengembangan  kompetensi sosial dan emosional pada murid. Guru menguasai kompetensi menumbuhkembangkan aspek sosial dan emosional dan menerapkan kompetensi tersebut pada murid.

 

A.   Hakikat Pembelajaran Sosial dan Emosional 

CASEL (2019) menyebut pembelajaran sosial emosional (social emotional learning) sebagai sebuah proses dimana anak-anak dan orang dewasa memahami dan mengelola emosi, menetapkan dan mencapai tujuan positif, merasakan dan menunjukkan empati untuk orang lain, membangun dan memelihara hubungan positif, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik.

Hakikat PSE untuk memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua dalam pembelajaran sehingga anak-anak dapat belajar menempatkan diri secara efektif dalam konteks lingkungan dan dunia. 

 

Lima Kompetensi Sosial dan Emosional 


1.    Kesadaran Diri - Pengenalan Emosi

2.    Pengelolaan Diri  -  Mengelola Emosi dan Fokus 

3.    Kesadaran Sosial - Keterampilan Berempati

4.    Keterampilan Berhubungan Sosial - Daya Lenting (Resiliensi)

5.    Pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab

 

Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk secara akurat mengenali emosi, pikiran, dan nilai-nilai seseorang. Kemampuan ini juga berbicara terkait bagaimana emosi, pikiran dan nilai-nilai tersebut mereka memengaruhi perilaku. Secara lebih luas, kesadaran diri disebut sebagai kemampuan seseorang untuk secara akurat menilai kekuatan dan keterbatasan dirinya. Oleh CASEL, kompetensi kesadaran diri dicirikan dengan identifikasi emosi, akurasi persepsi diri, kemampuan mengenali kekuatan diri, kepercayaandirian juga efikasi diri.

Pengelolaan diri atau manajemen diri sebagai kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, dan perilaku seseorang secara efektif dalam situasi yang berbeda. ini termasuk mengelola stres, mengendalikan impuls, memotivasi diri sendiri, dan pengaturan dan bekerja menuju pencapaian tujuan pribadi dan akademik. Indikator kemampuan manajemen diri menurut CASEL adalah kontrol impuls, manajemen stress, disiplin diri, motivasi diri, penetapan tuuan dan kemampuan berorganisasi.

Kesadaran sosial yang merupakan kemampuan untuk mengambil perspektif dan berempati dengan orang lain dari berbagai latar belakang dan budaya, untuk memahami norma-norma sosial dan etika untuk perilaku, dan untuk mengenali keluarga, sekolah, dan masyarakat sumber daya dan dukungan. Indikator perangkat ini adalah pengambilan perspektif, epmpati, menghargai perbedaan danmenghormati orang lain.

Keterampilan Berhubungan Sosial adalah keterampilan untuk hubungan yang merupakan kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dan bermanfaat dengan beragam individu dan kelompok. Kemampuan ini digambarkan dengan berkomunikasi dengan jelas, mendengarkan secara aktif, bekerja sama, menolak yang tidak pantas tekanan sosial, negosiasi konflik secara konstruktif, dan mencari dan menawarkan bantuan ketika dibutuhkan. CASEL mengidentifikasi indikator kemampuan membangun hubungan melalui kemampuan komuniasi, melibatkan diri dalam kegiatan sosial, membangun hubungan dengan orang lain dan juga mampu bekerja dalam tim.

Kompetensi Sosial-Emosional yang kelima adalah pengambilan keputusan yang bertanggung jawab yang merupakan kemampuan untuk membuat pilihan yang konstruktif dan hormat tentang perilaku pribadi dan interaksi sosial berdasarkan pertimbangan standar etika, masalah keselamatan, norma sosial, realistis evaluasi konsekuensi dari berbagai tindakan, dan kesejahteraan diri dan orang lain. Inikator perangkat ini adalah kemampuan mengidentifikasi masalah, menganalisis situasi, menyelesaikan masalah, mengevaluasi, melakukan refleksi, dan bertanggung jawab secara etis.

 

Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran sosial dan emosional diberikan disekolah melalui tiga ruang lingkup yaitu:

1.  Rutin: pada saat kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar akademik, misalnya kegiatan lingkaran pagi (circle time), kegiatan membaca setelah jam makan siang

2.  Terintegrasi dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran, membuat diskusi kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan masalah, dll.

3.  Protokol: menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu. Misalnya, menyelesaikan konflik yang terjadi dengan membicarakannya tanpa kekerasan, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, dll.

 

B.   Kesadaran Penuh (Mindfulness)

Kesadaran penuh (Mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness).

Mindfulness adalah tahapan dimana individu mampu memberi perhatian dan menyadari apa yang sedang terjadi saat ini tanpa bersikap reaktif terhadap keadaan tersebut. Melalui Mindfulness , kondisi  tekanan atau stres yang seringkali dianggap menekan akan mampu dilihat dan dimaknai secara berbeda. Individu tidak lagi merasa terancam dengan sumber stres melainkan memiliki kejernihan berpikir untuk merespon stres tersebut.

Kabat-Zinn (2003:150) menyebutkan kesadaran yang muncul pada kondisi mindful akan membantu seseorang melihat situasi yang menekan secara lebih jelas, sehingga muncul sudut pandang baru dalam melihat permasalahan maupun alternatif pemecahannya Kondisi mindful akan memberikan kesadaran pada individu bahwa ia memiliki control terhadap pilihan-pilihannya sehingga mendorong munculnya sikap responsif, bukannya reaktif terhadap situasi di sekitarnya. Melalui Mindfulness, guru dapat mengatasi stress yang mungkin dialami ketika berhadapan dengan anak didik, orangtua, meupun rekan kerja dengan lebih responsif.

Latihan berkesadaran penuh (Mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi guru untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Selain untuk dirinya, guru juga harus memberikan latihan berkesadaran penuh (Mindfulness) bagi murid. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, melakukan berbagai kegiatan literasi, permainan, mencintai alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya

Teknik sederhana yang dapat dilakukan dengan mudah untuk berada dalam kondisi kesadaran penuh (Mindfulness) disebut Teknik STOP . STOP merupakan akronim dari: 

Stop/ Berhenti. Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan.   

Take a deep Breath/ Tarik nafas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar.  

Observe/ Amati. Amati  apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas.  Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan. 

Proceed/ Lanjutkan.  Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif. 

 

C.   Well-Being (Besejahteraan Hidup)

Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being (kesejahteraan hidup) adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Menurut Mcgrath & Noble, 2011, murid yang memiliki tingkat well-being yang optimum memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.

Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam sehari-hari memungkinkan seseorang membangun kesadaran penuh untuk dapat memberikan perhatian secara sadar bertujuan yang didasarkan keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu dan kebaikan yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi- situasi menantang dan sulit

 

D.   Hubungan Mindfulness dan Pembelajaran Sosial dan Emosional 

Menurut Hawkins (2017), latihan berkesadaran penuh (Mindfulness) dapat membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, sebelum memberikan respon dalam sebuah situasi sosial yang menantang, kita berhenti, bernafas dengan sadar, mengamati pikiran, perasaan diri sendiri maupun orang lain, dan mengambil tindakan yang lebih responsif, bukan reaktif. Gambar di bawah ini  menunjukkan Pembelajaran Sosial-Emosional berbasis kesadaran penuh untuk mewujudkan kesejahteraan (well-being). Gambar tersebut diadaptasi dari Gambar yang dibuat K. Fort – Catanese (dalam Hawkins, 2017).

 

Gambar: Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran Penuh

Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (Mindfulness) dalam sehari-hari memungkinkan seseorang membangun kesadaran penuh untuk dapat memberikan perhatian secara sadar bertujuan yang didasarkan keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu dan kebaikan yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang dan sulit.

Pada saat menghadapi kondisi menantang, misalnya pada saat seorang guru berhadapan dengan perilaku murid yang dinilai tidak disiplin, mekanisme kerja otak akan mengarahkan diri untuk berhenti, menarik napas panjang, memberikan waktu untuk memahami apa yang dirasakan diri sendiri, memunculkan empati, memahami situasi yang terjadi, mencari tahu apa yang dirasakan oleh murid dan mau mendengarkan dengan penuh perhatian. Respon guru yang berkesadaran penuh akan dapat membangun koneksi dan rasa percaya murid pada guru. Koneksi, rasa aman dan rasa percaya di antara guru dan murid akan menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif bagi pembelajaran

Perasaan aman dan rasa percaya dalam diri murid akan membantu murid dalam proses pembelajaran dan relasi dengan guru di sekolah. Murid dapat menumbuhkan kesadaran diri tentang perasaan, kekuatan, kelemahan, nilai-nilai yang dimiliki dengan lebih baik dan kesadaran sosial yang lebih baik yang didasarkan pada perhatian yang bertujuan akan membantu murid dalam memproses informasi secara lebih baik dalam proses pembelajaran. Jika murid dapat mengikuti proses pembelajaran secara lebih baik, maka secara perlahan tumbuh optimisme atau rasa percaya dalam dirinya.

Melalui Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis Kesadaran Penuh yang dilaksanakan oleh guru, murid belajar untuk mengenali dan mengelola emosi mereka; membangun hubungan yang sehat; menetapkan tujuan yang positif; memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial; membuat keputusan yang bertanggung jawab, dan memecahkan masalah. Mereka diajarkan untuk menggunakan berbagai keterampilan kognitif dan interpersonal untuk mencapai secara etis tujuan yang relevan dan perkembangan sosial. Selanjutnya, mendukung diciptakan lingkungan untuk mendorong pengembangan dan penerapan keterampilan ini untuk beberapa pengaturan dan situasi. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran sosial emosional dapat meminimalisir prilaku-prilaku negatif dan menanamkan perilaku-perilaku positif sehingga terbentuknya karakter unggul pada anak.

 
“Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali”
(Educating the mind, without educating the heart, is not education at all)
(Aristoteles)
 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL  (SPLDV) A.     Pengertian persamaan linear dua variabel (PLDV) Persamaan linear dua variabel ialah p...