KONEKSI
ANTAR MATERI
MODUL
2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Pembelajaran sosial dan
emosional ini diawali dengan kesadaran penuh bahwa tidaklah
cukup apabila murid hanya mengembangkan kemampuan akademiknya saja. Murid juga
perlu mengembangkan aspek sosial dan emosionalnya. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa kompetensi sosial-emosional berperan penting dalam
keberhasilan akademik maupun kehidupan seseorang.
Untuk dapat mengembangkan
kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal, peran guru sangatlah
penting. Sebelum guru dapat membantu murid, ia perlu belajar
memahami, mengelola, dan menerapkan pembelajaran sosial dan
emosional dalam dirinya sendiri. Seorang guru harus menyadari
pentingnya pengembangan kompetensi sosial dan emosional pada murid. Guru
menguasai kompetensi menumbuhkembangkan aspek sosial dan emosional dan
menerapkan kompetensi tersebut pada murid.
A.
Hakikat Pembelajaran Sosial dan
Emosional
CASEL (2019)
menyebut pembelajaran sosial emosional (social emotional learning) sebagai
sebuah proses dimana anak-anak dan orang dewasa memahami dan mengelola emosi,
menetapkan dan mencapai tujuan positif, merasakan dan menunjukkan empati untuk
orang lain, membangun dan memelihara hubungan positif, dan membuat keputusan yang
bertanggung jawab.
Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah
hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan
memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik.
Hakikat PSE untuk memberikan keseimbangan
pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat
menjadi sukses. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua
dalam pembelajaran sehingga anak-anak dapat belajar menempatkan diri secara
efektif dalam konteks lingkungan dan dunia.
Lima Kompetensi Sosial dan Emosional
1. Kesadaran Diri - Pengenalan Emosi
2.
Pengelolaan Diri - Mengelola
Emosi dan Fokus
3.
Kesadaran Sosial - Keterampilan Berempati
4.
Keterampilan Berhubungan Sosial - Daya
Lenting (Resiliensi)
5.
Pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab
Kesadaran
diri merupakan kemampuan untuk secara akurat mengenali emosi, pikiran, dan
nilai-nilai seseorang. Kemampuan ini juga berbicara terkait bagaimana emosi,
pikiran dan nilai-nilai tersebut mereka memengaruhi perilaku. Secara lebih
luas, kesadaran diri disebut sebagai kemampuan seseorang untuk secara akurat
menilai kekuatan dan keterbatasan dirinya. Oleh CASEL, kompetensi kesadaran
diri dicirikan dengan identifikasi emosi, akurasi persepsi diri, kemampuan
mengenali kekuatan diri, kepercayaandirian juga efikasi diri.
Pengelolaan
diri atau manajemen diri sebagai kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, dan
perilaku seseorang secara efektif dalam situasi yang berbeda. ini termasuk
mengelola stres, mengendalikan impuls, memotivasi diri sendiri, dan pengaturan
dan bekerja menuju pencapaian tujuan pribadi dan akademik. Indikator kemampuan
manajemen diri menurut CASEL adalah kontrol impuls, manajemen stress, disiplin
diri, motivasi diri, penetapan tuuan dan kemampuan berorganisasi.
Kesadaran
sosial yang merupakan kemampuan untuk mengambil perspektif dan berempati dengan
orang lain dari berbagai latar belakang dan budaya, untuk memahami norma-norma
sosial dan etika untuk perilaku, dan untuk mengenali keluarga, sekolah, dan
masyarakat sumber daya dan dukungan. Indikator perangkat ini adalah pengambilan
perspektif, epmpati, menghargai perbedaan danmenghormati orang lain.
Keterampilan Berhubungan Sosial adalah keterampilan untuk hubungan yang
merupakan kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dan
bermanfaat dengan beragam individu dan kelompok. Kemampuan ini digambarkan
dengan berkomunikasi dengan jelas, mendengarkan secara aktif, bekerja sama,
menolak yang tidak pantas tekanan sosial, negosiasi konflik secara konstruktif,
dan mencari dan menawarkan bantuan ketika dibutuhkan. CASEL mengidentifikasi
indikator kemampuan membangun hubungan melalui kemampuan komuniasi, melibatkan
diri dalam kegiatan sosial, membangun hubungan dengan orang lain dan juga mampu
bekerja dalam tim.
Kompetensi Sosial-Emosional yang kelima adalah pengambilan keputusan yang bertanggung
jawab yang merupakan kemampuan untuk membuat pilihan yang konstruktif dan
hormat tentang perilaku pribadi dan interaksi sosial berdasarkan pertimbangan
standar etika, masalah keselamatan, norma sosial, realistis evaluasi
konsekuensi dari berbagai tindakan, dan kesejahteraan diri dan orang lain.
Inikator perangkat ini adalah kemampuan mengidentifikasi masalah, menganalisis
situasi, menyelesaikan masalah, mengevaluasi, melakukan refleksi, dan
bertanggung jawab secara etis.
Pembelajaran Sosial dan
Emosional
Pembelajaran
sosial dan emosional diberikan disekolah melalui tiga ruang lingkup yaitu:
1. Rutin:
pada saat kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar akademik,
misalnya kegiatan lingkaran pagi (circle time), kegiatan membaca setelah jam
makan siang
2. Terintegrasi
dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah
topik pembelajaran, membuat diskusi kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan
masalah, dll.
3. Protokol:
menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan
diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk
merespon situasi atau kejadian tertentu. Misalnya, menyelesaikan konflik yang
terjadi dengan membicarakannya tanpa kekerasan, mendengarkan orang lain yang
sedang berbicara, dll.
B.
Kesadaran
Penuh (Mindfulness)
Kesadaran penuh (Mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15)
dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan
perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu
dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in
the present moment, with curiosity and kindness).
Mindfulness adalah tahapan dimana individu mampu memberi perhatian
dan menyadari apa yang sedang terjadi saat ini tanpa bersikap reaktif terhadap
keadaan tersebut. Melalui Mindfulness
, kondisi tekanan atau stres yang
seringkali dianggap menekan akan mampu dilihat dan dimaknai secara berbeda.
Individu tidak lagi merasa terancam dengan sumber stres melainkan memiliki
kejernihan berpikir untuk merespon stres tersebut.
Kabat-Zinn
(2003:150) menyebutkan kesadaran yang muncul pada kondisi mindful akan membantu
seseorang melihat situasi yang menekan secara lebih jelas, sehingga muncul
sudut pandang baru dalam melihat permasalahan maupun alternatif pemecahannya
Kondisi mindful akan memberikan kesadaran pada individu bahwa ia memiliki
control terhadap pilihan-pilihannya sehingga mendorong munculnya sikap
responsif, bukannya reaktif terhadap situasi di sekitarnya. Melalui Mindfulness, guru dapat mengatasi stress
yang mungkin dialami ketika berhadapan dengan anak didik, orangtua, meupun
rekan kerja dengan lebih responsif.
Latihan berkesadaran penuh (Mindfulness)
menjadi sangat relevan dan penting bagi guru untuk dapat menjalankan peran dan
tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Selain untuk dirinya, guru juga
harus memberikan latihan berkesadaran penuh (Mindfulness) bagi murid. Misalnya,
mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, melakukan
berbagai kegiatan literasi, permainan, mencintai alam, berolah-seni maupun
berolahraga, dan lain sebagainya
Teknik sederhana yang dapat dilakukan dengan
mudah untuk berada dalam kondisi kesadaran penuh (Mindfulness) disebut Teknik
STOP . STOP merupakan akronim dari:
Stop/
Berhenti. Hentikan apapun yang sedang Anda
lakukan.
Take a
deep Breath/ Tarik nafas dalam. Sadari napas masuk, sadari
napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara
hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas
keluar.
Observe/
Amati. Amati apa
yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang
napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda
lakukan.
Proceed/
Lanjutkan.
Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan
perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih
positif.
C.
Well-Being
(Besejahteraan Hidup)
Menurut kamus Oxford English Dictionary,
well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia.
Well-being (kesejahteraan hidup) adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki
sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat
keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan
dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki
tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha
mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Menurut Mcgrath & Noble, 2011, murid yang
memiliki tingkat well-being yang optimum memiliki kemungkinan yang lebih tinggi
untuk mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental
yang lebih baik, memiliki ketangguhan dalam menghadapi stress dan terlibat
dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.
Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh
(mindfulness) dalam sehari-hari memungkinkan seseorang membangun kesadaran
penuh untuk dapat memberikan perhatian secara sadar bertujuan yang didasarkan
keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu dan kebaikan yang akan membantu seseorang
dalam menghadapi situasi- situasi menantang dan sulit
D.
Hubungan Mindfulness dan
Pembelajaran Sosial dan Emosional
Menurut Hawkins (2017), latihan berkesadaran
penuh (Mindfulness) dapat membangun
keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai kompetensi emosi
dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, sebelum memberikan respon
dalam sebuah situasi sosial yang menantang, kita berhenti, bernafas dengan
sadar, mengamati pikiran, perasaan diri sendiri maupun orang lain, dan
mengambil tindakan yang lebih responsif, bukan reaktif. Gambar di bawah ini menunjukkan Pembelajaran Sosial-Emosional
berbasis kesadaran penuh untuk mewujudkan kesejahteraan (well-being). Gambar
tersebut diadaptasi dari Gambar yang dibuat K. Fort – Catanese (dalam Hawkins,
2017).
Gambar: Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran Penuh
Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (Mindfulness)
dalam sehari-hari memungkinkan seseorang membangun kesadaran penuh untuk dapat
memberikan perhatian secara sadar bertujuan yang didasarkan keterbukaan
pikiran, rasa ingin tahu dan kebaikan yang akan membantu seseorang dalam
menghadapi situasi-situasi menantang dan sulit.
Pada
saat menghadapi kondisi menantang, misalnya pada saat seorang guru berhadapan
dengan perilaku murid yang dinilai tidak disiplin, mekanisme kerja otak akan
mengarahkan diri untuk berhenti, menarik napas panjang, memberikan waktu untuk
memahami apa yang dirasakan diri sendiri, memunculkan empati, memahami situasi
yang terjadi, mencari tahu apa yang dirasakan oleh murid dan mau mendengarkan
dengan penuh perhatian. Respon guru yang berkesadaran penuh akan dapat
membangun koneksi dan rasa percaya murid pada guru. Koneksi, rasa aman dan rasa
percaya di antara guru dan murid akan menciptakan lingkungan dan suasana
belajar yang kondusif bagi pembelajaran
Perasaan aman dan rasa percaya dalam diri
murid akan membantu murid dalam proses pembelajaran dan relasi dengan guru di
sekolah. Murid dapat menumbuhkan kesadaran diri tentang perasaan, kekuatan,
kelemahan, nilai-nilai yang dimiliki dengan lebih baik dan kesadaran sosial
yang lebih baik yang didasarkan pada perhatian yang bertujuan akan membantu
murid dalam memproses informasi secara lebih baik dalam proses pembelajaran.
Jika murid dapat mengikuti proses pembelajaran secara lebih baik, maka secara
perlahan tumbuh optimisme atau rasa percaya dalam dirinya.
Melalui Pembelajaran Sosial dan Emosional
berbasis Kesadaran Penuh yang
dilaksanakan oleh guru, murid belajar untuk mengenali dan mengelola emosi
mereka; membangun hubungan yang sehat; menetapkan tujuan yang positif; memenuhi
kebutuhan pribadi dan sosial; membuat keputusan yang bertanggung jawab, dan
memecahkan masalah. Mereka diajarkan untuk menggunakan berbagai keterampilan
kognitif dan interpersonal untuk mencapai secara etis tujuan yang relevan dan
perkembangan sosial. Selanjutnya, mendukung diciptakan lingkungan untuk
mendorong pengembangan dan penerapan keterampilan ini untuk beberapa pengaturan
dan situasi. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran sosial emosional dapat
meminimalisir prilaku-prilaku negatif dan menanamkan perilaku-perilaku positif
sehingga terbentuknya karakter unggul pada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar